Anak-Anak itu tidak bersekolah (Hari Kelahiran Pancasila)
Well, apa kabar teman-teman? Semoga saja dalam keadaan baik dan sejahtera. Kali ini saya mengajak teman-teman menikmati kenyataan yang sedang kita hadapi. Ya, kenyataan. Kita semua berada diantara pilihan untuk maju dan kenyataan yang kita hadapi. Terkadang itu bisa begitu saling mendukung, namun bisa juga saling meniadakan. Sebagai contoh kecil saja, ada sebagian teman-teman yang baru menyelesaikan pendidikan SMA nya sekarang menghadapi hal ini. Mereka punya pilihan untuk berjuang masuk perguruan tinggi tapi mereka juga dihadapkan dengan kenyataan bahwa kondisi keuangan keluarga mereka yang tidak mengizinkan mereka. Pilihan yang sulit tentunya.
Akan ada selentingan yang berbicara seperti ini, “Pemerintah sudah berusaha sekuat tenaga, mereka saja yang tidak mau. Alasannya mereka tidak butuh pendidikan, mereka butuh makan”. Tidak salah. Kesalahan bisa muncul dari segala sisi. Akan tetapi, bukan itu masalah utamanya. Pemerintah bukan hanya sekedar melayani apa yang dibutuhkan masyarakat, tapi juga menyiapkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dimasa depan.
Menyalahkan pemerintah juga pun tidak terlalu berguna saat ini karena kenyataannya mereka tidak bersekolah meskipun kita sudah menyalahkan pemerintah. Kita butuh langkah kongkret. Saya tertarik dengan sebuah film diperbatasan Indonesia-Malaysia di utara Kalimantan yang berjudul “Batas”. Ada lembaga yang mensponsori pendidikan di tanah dayak. Pendidikan gratis untuk anak rimba didaerah perbatasan. Andai kata lembaga-lembaga ini lahir menjamur di Indonesia, pendidikan untuk mereka akan sangat terbantu.
Kita harus concern dengan pendidikan mereka karena kita ini satu bangsa. Saya yakin mereka ingin belajar, ingin sekolah, tapi keadaan yang memaksa mereka memilih untuk mengemis, memilih untuk menjual es keliling, memilih untuk menjadi pengamen, memilih untuk bekerja diladang membantu orang tua mereka. Kita harus tanamkan kepada mereka tentang arti kehidupan dan batas-batas kehidupan karena mereka generasi harapan Indonesia. Mereka adalah asset kita. Jangan sia-siakan. Jika mereka bingung antar pilihan untuk maju atau kenyataan hidup, kita harus meyakinkan mereka bahwa mereka tidak sedang bingung memilih pilihan untuk maju atau kenyataan hidup yang harus mereka hadapi tapi mereka memiliki pilihan untuk maju untuk menghadapi dan merubah kenyataan hidup mereka. Untuk Indonesia, untuk keadilan, untuk kita semua.
“dalam segala kondisi, kita bukan memilih antara pilihan atau kenyataan tetapi kita punya pilihan untuk menghadapi dan mengubah kenyataan hidup.”
Keadilan untuk Pendidikan untuk anak 12 tahun, Hari Kelahiran Pancasila, 1 Juni 2011.
Komentar
Posting Komentar