MOWC: Teamwork is Everything
“Talents win the game, Teamwork and Intelligence win the championships” –Michael Jordan
MOWC? Calon Manajer? Apa itu? Saya kira tidak semua orang mengetahui ini kegiatan apa. Well, saya jelaskan. Ini adalah sebuah kompetisi. Kepanjangannya Managing Organization Workshop and Competition 2013. Kompetisi diadakan pada 27—31 Mei 2013 dan merupakan kompetisi pertama yang diadakan oleh sekretariat STAN bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Akuntansi.
Hal yang membuatnya spesial adalah kompetisi ini diikuti oleh para aktifis dan akademisi di kampus plat merah ini. Sebuah gabungan yang jarang sekali terlihat dikeseharian mahasiswa. Lalu apa yang menarik? Tenang, saya tidak sedang bercerita kronologi kompetisinya karena itu jelas sekali membosankan. Tidak. Tapi dikesempatan ini, saya ingin bercerita tentang nilai-nilai yang mampu saya petik dalam kompetisi ini.
Di STAN, saya kira ini kompetisi resmi pertama saya. Saat itu belum masuk babak penyisihan, masih technical meeting, saya menyaksikan ada beberapa belas orang yang tertarik dengan kompetisi ini. Ya istilahnya, If you join a competition, you need to win it. Saya menyaksikan dan berpikir, “Wah, keren sekali ada yang sampai tertarik seperti ini. Padahal ini Cuma kompetisi manajemen. Semua orang bisa menjadi manajer.”
Well, semua orang bisa menjadi manajer. Itu awal pikiran saya, tapi ketika masuk 15 besar, saya cepat-cepat ubah pikiran saya. Kenapa? Karena tidak semua orang bisa menjadi manajer yang baik. Dalam tim saya, kami berlima, saya, andita, bima, hilda dan kartika.
Pertama kali kami brainstorming, setiap orang menyampaikan ide, pemikiran, tapi tidak ada batasan. Hasilnya, kami tidak mendapatkan apapun. Awalnya, Saya kira ini bisa berjalan natural, nanti akan ada yang menyarankan batasan-batasan masalah, akan ada yang menyimpulkan, dsb. Tapi ternyata tidak. Kami butuh arahan. Lantas saya coba tawarkan untuk membatasi masalah, dan semua setuju. Hasil? Tidak sampai 30 menit setelah itu, kami memperoleh kesimpulan dari masalah yang sedang dibahas.
Artinya apa, kami butuh manajemen. Dan tugas utama manajemen adalah menghasilkan batasan untuk menjadi arahan tim dalam bertindak. Dan manajemen tidak akan sempurna jika tidak ada teamwork. Setiap orang perlu memahami tujuan “bersama”, setiap orang perlu memberikan usaha terbaiknya untuk tim.
Lalu, ketika di semifinal ini, tim kami punya waktu 20 menit untuk mempresentasikan hasil brainstorming kami. 10 menit untuk presentasi dan 10 menit berikutnya untuk tanya jawab dengan dewan juri. Logika sederhana nya, jika 10 menit waktu yang kami miliki, sebagai manajer yang baik, kami bisa menyampaikan semua materi tanpa kurang sedikitpun. Nyatanya? Kami tidak bisa demikian. ada satu materi yang tidak tersampaikan. Walaupun itu tidak material, tapi tetap tidak sempurna. Ini artinya kami telah gagal, dan tentu yang paling merasa gagal adalah saya. Toh saya ketua tim nya.
Lantas, saya bicarakan ini kepada tim, saya kira kami tidak boleh seperti ini lagi. Lantas muncul ide-ide super dari anggota tim. Ide membatasi ruang lingkup bahasan dan fokus pada sub masalah. Ide super ini kami dukung sepenuhnya. Lantas ketika kami berkesempatan tampil di babak grand final, kami implementasikan ide tersebut.
Seperti awalnya, kami bagi tugas, 3 orang full brainstorming, satu orang brainstorming dan membuat file dokumen dan satu orang membuat powerpoint. Bima, salah satu anggota tim, berkata bahwa ketika ada perdebatan yang tidak bisa diselesaikan, satu orang harus menjadi pengambil keputusan. Well, itupun kami lakukan. Setiap orang bekerja sesuai tugasnya masing-masing.
Pada grand final, kami dihadapkan pada 375 audience dan pendukung dari kelas-kelas yang masuk grand final. Saya berpikir, kami sudah tidak bisa menyampaikan ide kami dengan cara sederhana. Jika sederhana, ini akan membosankan. Kami tidak akan pernah menang dengan cara sederhana. Kenapa? Karena apa yang kita sampaikan tidak lebih penting daripada cara kita menyampaikannya. Presentation is everything. You want them believing you, you need to attract them.
Saat itu, kami mendapatkan undian terakhir, saya merasakan ada nervous yang begitu besar dalam tim ini. Saya kira tidak bisa seperti ini, semua rencana tidak akan berjalan jika kami nervous. Lalu kami berkumpul dan saya katakan
“Hi, guys. It’s our turn. Tidak peduli kita akan menang atau kalah nantinya, ingat, panggung itu milik kita. Kita tunjukkan bahwa kita pantas berdiri disana. Tugas kita bukan untuk sekedar menang. Apa yang akan terjadi dipanggung nantinya, biarlah itu bisa menginspirasi orang banyak, biarlah itu menjadi contoh yang baik. Tapi yang terpenting, biarlah itu menjadi berkah untuk ilmu yang kita miliki. Ingat, apapun yang terjadi, itu adalah cara Allah menampilkan kita”.
Lalu kami berdoa. Saya pun kembali berpikir, ini tidak cukup. Untuk membakar anggota tim, kami harus punya awalan. Harus ada orang yang memulai untuk membakar keadaan. Dan ketika kami memilih andita sebagai pembuka presentasi, kami tidak pernah menyesali itu. Andita berhasil membukanya, andita berhasil membakar daya juang kami. Dan panggung itu, dan panggung itu menjadi milik kami.
Adapun yang saya petik dalam setitik kisah ini adalah:
MOWC? Calon Manajer? Apa itu? Saya kira tidak semua orang mengetahui ini kegiatan apa. Well, saya jelaskan. Ini adalah sebuah kompetisi. Kepanjangannya Managing Organization Workshop and Competition 2013. Kompetisi diadakan pada 27—31 Mei 2013 dan merupakan kompetisi pertama yang diadakan oleh sekretariat STAN bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Akuntansi.
Hal yang membuatnya spesial adalah kompetisi ini diikuti oleh para aktifis dan akademisi di kampus plat merah ini. Sebuah gabungan yang jarang sekali terlihat dikeseharian mahasiswa. Lalu apa yang menarik? Tenang, saya tidak sedang bercerita kronologi kompetisinya karena itu jelas sekali membosankan. Tidak. Tapi dikesempatan ini, saya ingin bercerita tentang nilai-nilai yang mampu saya petik dalam kompetisi ini.
Di STAN, saya kira ini kompetisi resmi pertama saya. Saat itu belum masuk babak penyisihan, masih technical meeting, saya menyaksikan ada beberapa belas orang yang tertarik dengan kompetisi ini. Ya istilahnya, If you join a competition, you need to win it. Saya menyaksikan dan berpikir, “Wah, keren sekali ada yang sampai tertarik seperti ini. Padahal ini Cuma kompetisi manajemen. Semua orang bisa menjadi manajer.”
Well, semua orang bisa menjadi manajer. Itu awal pikiran saya, tapi ketika masuk 15 besar, saya cepat-cepat ubah pikiran saya. Kenapa? Karena tidak semua orang bisa menjadi manajer yang baik. Dalam tim saya, kami berlima, saya, andita, bima, hilda dan kartika.
Pertama kali kami brainstorming, setiap orang menyampaikan ide, pemikiran, tapi tidak ada batasan. Hasilnya, kami tidak mendapatkan apapun. Awalnya, Saya kira ini bisa berjalan natural, nanti akan ada yang menyarankan batasan-batasan masalah, akan ada yang menyimpulkan, dsb. Tapi ternyata tidak. Kami butuh arahan. Lantas saya coba tawarkan untuk membatasi masalah, dan semua setuju. Hasil? Tidak sampai 30 menit setelah itu, kami memperoleh kesimpulan dari masalah yang sedang dibahas.
Artinya apa, kami butuh manajemen. Dan tugas utama manajemen adalah menghasilkan batasan untuk menjadi arahan tim dalam bertindak. Dan manajemen tidak akan sempurna jika tidak ada teamwork. Setiap orang perlu memahami tujuan “bersama”, setiap orang perlu memberikan usaha terbaiknya untuk tim.
Lalu, ketika di semifinal ini, tim kami punya waktu 20 menit untuk mempresentasikan hasil brainstorming kami. 10 menit untuk presentasi dan 10 menit berikutnya untuk tanya jawab dengan dewan juri. Logika sederhana nya, jika 10 menit waktu yang kami miliki, sebagai manajer yang baik, kami bisa menyampaikan semua materi tanpa kurang sedikitpun. Nyatanya? Kami tidak bisa demikian. ada satu materi yang tidak tersampaikan. Walaupun itu tidak material, tapi tetap tidak sempurna. Ini artinya kami telah gagal, dan tentu yang paling merasa gagal adalah saya. Toh saya ketua tim nya.
Lantas, saya bicarakan ini kepada tim, saya kira kami tidak boleh seperti ini lagi. Lantas muncul ide-ide super dari anggota tim. Ide membatasi ruang lingkup bahasan dan fokus pada sub masalah. Ide super ini kami dukung sepenuhnya. Lantas ketika kami berkesempatan tampil di babak grand final, kami implementasikan ide tersebut.
Seperti awalnya, kami bagi tugas, 3 orang full brainstorming, satu orang brainstorming dan membuat file dokumen dan satu orang membuat powerpoint. Bima, salah satu anggota tim, berkata bahwa ketika ada perdebatan yang tidak bisa diselesaikan, satu orang harus menjadi pengambil keputusan. Well, itupun kami lakukan. Setiap orang bekerja sesuai tugasnya masing-masing.
Pada grand final, kami dihadapkan pada 375 audience dan pendukung dari kelas-kelas yang masuk grand final. Saya berpikir, kami sudah tidak bisa menyampaikan ide kami dengan cara sederhana. Jika sederhana, ini akan membosankan. Kami tidak akan pernah menang dengan cara sederhana. Kenapa? Karena apa yang kita sampaikan tidak lebih penting daripada cara kita menyampaikannya. Presentation is everything. You want them believing you, you need to attract them.
Saat itu, kami mendapatkan undian terakhir, saya merasakan ada nervous yang begitu besar dalam tim ini. Saya kira tidak bisa seperti ini, semua rencana tidak akan berjalan jika kami nervous. Lalu kami berkumpul dan saya katakan
“Hi, guys. It’s our turn. Tidak peduli kita akan menang atau kalah nantinya, ingat, panggung itu milik kita. Kita tunjukkan bahwa kita pantas berdiri disana. Tugas kita bukan untuk sekedar menang. Apa yang akan terjadi dipanggung nantinya, biarlah itu bisa menginspirasi orang banyak, biarlah itu menjadi contoh yang baik. Tapi yang terpenting, biarlah itu menjadi berkah untuk ilmu yang kita miliki. Ingat, apapun yang terjadi, itu adalah cara Allah menampilkan kita”.
Lalu kami berdoa. Saya pun kembali berpikir, ini tidak cukup. Untuk membakar anggota tim, kami harus punya awalan. Harus ada orang yang memulai untuk membakar keadaan. Dan ketika kami memilih andita sebagai pembuka presentasi, kami tidak pernah menyesali itu. Andita berhasil membukanya, andita berhasil membakar daya juang kami. Dan panggung itu, dan panggung itu menjadi milik kami.
Adapun yang saya petik dalam setitik kisah ini adalah:
- Tidak peduli siapa kita, ketika kita bekerja saja, bekerja sesuai tugas kita, kita bisa melakukan apapun yang kita rencanakan. Hal terpenting dalam teamwork adalah konstribusi para anggota. Satu orang saja yang tidak berkonstribusi maksimal, itu akan mempengaruhi hasil kerja tim
- Kita perlu manajemen agar terarah. Kita punya talent, skill, jika tidak di-manage dengan baik, hasilnya ya itu itu saja. Kita bisa menjadi orang hebat, terkenal. Tapi itu tidak cukup untuk melakukan perubahan karena perubahan tidak bisa kita lakukan sendiri. Tapi itu tidak cukup untuk memenangkan kejuaraan, karena memenangkan kejuaraan butuh kerja sama tim.
- Setiap orang memiliki skill masing-masing, Manajer yang baik tahu bagaimana menggunakan skill mereka dan memposisikan tupoksi mereka dalam sebuah tim. Karena manajer yang baik adalah asisten bagi anggota timnya.
- Apapun yang kita lakukan, biarlah itu bisa menjadi inspirasi bagi orang lain. Ingat, orang yang terbaik adalah orang yang mampu memberi manfat pada orang lain. Karena itu lah tugas manajer, karena itulah tugas pemimpin. Dan kita adalah pemimpin-pemimpin itu.
Komentar
Posting Komentar